Ajun HMI Bali Nusra: Siapa Bertanggung Jawab atas Jebolnya Bank NTB?

 

Ketua Bidang Pembangunan Daerah dan Pedesaan HMI Badko Bali Nusra, Ajunnarfid, SE

Mataram, Dunia perbankan kembali diguncang. Kali ini, Bank NTB menjadi korban peretasan siber dengan total kerugian ditaksir mencapai Rp150 miliar. Serangan ini terjadi di tengah pelemahan nilai tukar Rupiah dan kondisi ekonomi nasional yang tertekan oleh perang dagang global dan kebijakan efisiensi anggaran.

Serangan ini menambah daftar panjang kasus peretasan sistem perbankan di Indonesia. Sebelumnya, Bank Daerah lain juga mengalami insiden serupa, menandakan lemahnya sistem pertahanan digital pada bank-bank daerah.

Akibat insiden ini, kepercayaan masyarakat terhadap lembaga keuangan daerah pun menurun. Tak hanya kerugian materil, dampaknya juga menyentuh sektor ekonomi lokal: terganggunya layanan kredit, meningkatnya harga kebutuhan pokok, dan potensi naiknya angka kemiskinan di NTB.

Ketua Bidang Pembangunan Daerah dan Pedesaan HMI Badko Bali Nusra, Ajunnarfid, SE, turut angkat suara. Dalam keterangannya pada media ini melalui WhatsApp pada Sabtu, 12 April 2025, ia menyatakan kekecewaannya terhadap lemahnya pengawasan sistem keamanan Bank NTB.

 “Siapa yang bertanggung jawab atas kerugian negara dan daerah sebesar Rp150 miliar ini? Pemerintah daerah sebagai pemilik bank seharusnya benar-benar memperhatikan keamanan software perbankan,” ujarnya.

Ajun juga menyoroti kurangnya keseriusan perbankan dalam menanggapi maraknya serangan siber. Terlebih, saat ini Bank Indonesia tengah mendorong digitalisasi layanan keuangan demi tercapainya cashless society.

“Agak memilukan. Seharusnya ini menjadi pelajaran penting. Kebayang nggak kalau semua bank tiba-tiba crash dan masyarakat tidak punya uang tunai?” lanjutnya.

Gubernur NTB, Dr. Lalu Muhammad Iqbal, S.IP, M.Si, diminta untuk segera mengambil langkah konkret atas insiden ini. Menurut Ajun, jika tidak segera ditangani, kondisi ini dapat memperburuk situasi ekonomi daerah dan menjauhkan NTB dari cita-cita “NTB Maju Mendunia”.

 “Jika ekonomi masyarakat melemah, maka pertahanan negara juga ikut melemah. Indonesia Emas 2045 bisa jadi hanya mimpi belaka,” pungkasnya.

Peristiwa ini menjadi peringatan keras bagi seluruh bank daerah untuk memperkuat sistem keamanan digital mereka dan meningkatkan literasi keamanan siber, baik bagi pegawai internal maupun para nasabah.(RED


Diberdayakan oleh Blogger.