MATARAM-Organisasi Islam Nahdlatul Wathan genap berusia 70 tahun. Sejumlah kegiatan digelar sebagai rangkaian peringatan hari jadi Ormas Islam yang didirikan pahlawan nasional Almagfurulahu Maulanasyaikh TGKH Zainuddin Abdul Madjid tersebut.
Salah satunya, kemarin (16/3), panitia Peringatan Hari Jadi (HADI) ke-70 Nahdlatul Wathan menggelar Seminar Kebangsaan dan Muktamar Pemikiran Mahasantri Nahdlatul Wathan, di Mataram. Seminar menghadirkan dua pembicara kunci yakni Pakar Hukum Tata Negara Prof Yusril Ihza Mahendra dan Menteri Perdagangan H Zulkifli Hasan. Seminar mengangkat tema “Eksistensi dan Peran Ormas dalam Mendorong Partisipasi Publik bagi Pembangunan Pasca 2 Dekade Reformasi’.
Prof Yusril dan Mendag hadir secara daring. Sementara di Mataram, hadir sebagai pebicara tokoh-tokoh internal Nahdatul Wathan yakni Prof Fahrurrozi Dahlan, Dr HM Mugni, Dr TGH L Abdul Muhyi, dan Dr Sayyid Ali Jadid.
Seminar ini juga dihadiri secara langsung Gubernur NTB H Zulkieflimansyah, Bupati Lombok Tengah HL Pathul Bahri, Wakil Wali Kota Mataram TGH Mujiburrahman, dan Wakil Bupati Lombok Utara Dany Carter Ridawan.
Terlihat hadir pula Kepala Badan Intelijen Negara Daerah NTB, Pimpinan DPRD Lombok Barat, Pimpinan Organisasi, Badan Otonom dan lembaga-lembaga yang bernaung di bawah Nahdlatul Wathan.
Di hadapan seluruh hadirin, Prof Yusril mengemukakan, untuk lahirnya peradaban baru, dibutuhkan kolaborasi dan elaborasi pengetahuan agama dan teknologi dan selalu sadar Islam, dan selalu releven dengan perkembangan zaman.
Prof Yusril juga mengungkapkan bagaimana tantangan yang dihadapi umat Islam akan jauh lebih kompleks seiring juga dengan perkembangan zaman. Prof Yusril misalnya menjelaskan secara panjang lebar, bagaimana negara-negara adi kuasa juga berkepentingan dengan Indonesia. Kepentingan tersebut, tidak terkait langsung dengan kepentingan masyarakat Indonesia. Melainkan kepentingan negara-negara adi kuasa tersebut.
Sementara Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menjelaskan begitu luar biasanya peran umat Islam. Bahkan ormas-ormas Islam adalah bagian dari pendiri lahirnya bangsa Indonesia.
“Makanya jangan kita mau diadudomba, karena kalau terjadi kemarahan sesama umat Islam yang rugi umat Islam dan itulah yang mereka inginkan,” tandasnya.
Mendag memberi contoh. Di Indonesia, jika ada 10 orang berkumpul, maka sebanyak delapan orang adalah umat Islam, mengingat umat Islam mayoritas di Indonesia. “Karena itu, kalau dibelah dua orang Indonesia kata dia, maka sesama Islamlah kita berkelahi. Maka, mari kita bersikap secara rasional tidak emosional,” katanya mengingatkan.
*Dampak Besar*
Pada kesempatan tersebut, para kepala daerah di NTB juga menyampaikan gagasan dan pemikirannya. Gubernur NTB H Zulkiflimansyah memberi apresiasi tinggi dengan digelarnya seminar yang dilaksanakan oleh panitia Hadi NW.
Gubernur mengungkapkan, topik seminar ini merupakan perosalan yang sangat serius. Karena terkait langsung dengan pentingnya pembangunan berkelanjutan. Sebagai orang yang belajar ekonomi, Gubernur Zul menegaskan, tema pembangunan berkelanjutan sungguh sangat menarik.
“Ketika NW bicara tema ini, maka akan memberi dampak yang sangat besar di masa yang akan datang,” tandas orang nomor satu di NTB ini.
Dalam kesempatan tersebut, Gubernur mengemukakan variabel penting dalam pembangunan berkelanjutan tersebut. Salah satunya adalah pentingnya inovasi dan teknologi. Sebab, kata Gubernur, tanpa sains dan teknologi, maka menjadi sangat tidak mungkin bagi NTB maupun Indonesia menggesa ketertingagalan.
Sayangnya kata Gubernur, cerita-cerita tentang inovasi dan teknologi tersebut cenderung direduksi. Padahal, pembelajaran teknologi tidak bisa direduksi maknanya seperti komoditas. Karena itu, Gubernur mendorong agar inovasi-inovasi harus segera dimunculkan di pondok-pondok pesantren yang dikelola oleh organisasi Islam di NTB.
"Isu inovasi teknologi harus sering diucapkan, harus sering didiskusikan. NW harus bisa menyiapkan SDM yang lebih fokus dalam sains dan teknologi, sehingga menjadi kombinasi yang luar biasa antara ilmu agama dan sains,” tandas Gubernur.
Gubernur menekankan, Ormas Islam yang mau maju, maka harus banyak berbicara tentang pembangunan berkelanjutan. Harus banyak mendiskusikan dan menggagas hal-hal yang terkait dengan iptek dan sains.
Dia menceritakan, bagaimana dirinya mendapatkan 12 peluang beasiswa bidang teknik sipil Republik Ceko. Namun yang mendaftar hanya empat orang. Karena itu, Gubernur pun mendorong NW sejak awal mencari guru-guru yang mampu menjelaskan sains teknologi matematika dengan baik.
“Sehingga, selain kita punya orang-orang yang ahli pada bidang agama, mestinya ada yang jago bidang matematika yang mampu menjelaskannya dengan baik," kata Gubernur.
Bupati Lombok Tengah HL Pathul Bahri yang juga mendapat kesempatan menyampaikan gagasan dan pemikirannya, banyak menjelaskan tentang pentingnya program pengentasan kemiskinan di daerah. Dia mengatakan, pencatatan angka kemiskinan yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik, adalah kerja ilmiah luar biasa dan bukan main-main. Karean itu, data-data tersebut menghadirkan akurasi tentang jumlah masyarakat miskin di suatu daerah.
Bupati Pathul juga menyampaikan sejumlah praktik baik yang sudah dilakukan di Lombok Tengah. Saat ini misalnya adalah program pencatatan anak yatim di seluruh Lombok Tengah. Dirinya bahkan menugaskan satu orang pegawai khusus di tiap desa untuk melakukan pencatatan tersebut.
Lombok Tengah juga menyiapkan program tahunan untuk anak-anak yatim, yakni Hari Rahman Rahim. Pada kesempatan tersebut, seluruh anak yatim di Lombok Tengah yang kini berjumlah 12.137 orang, mendapatkan santunan dari Pemkab Lombok Tengah. Total untuk santunan tersebut mencapai Rp 1,2 miliar.
Dananya kata Bupati Pathul berasal dari anggaran BAZNAS Kabupaten Lombok Tengah, yang saat ini setiap tahun mampu mengumpulkan dana sebesar Rp 11 miliar.
Rencananya, setelah bulan Ramadan ini, anak-anak yatim di Lombok Tengah tidak akan mendapat santunan dalam bentuk uang tunai lagi. Tetapi akan diganti dalam bentuk biaya pendidikan. Pemkab Lombok Tengah akan menanggung seluruh biaya sekolah anak-anak yatim tersebut. Selain itu, Pemkab Loteng juga akan membiayai anak-anak yatim untuk menempuh pendidikan kedokteran di Universitas Mataram. Seluruh biaya pendidikannya akan ditanggung oleh pemerintah.
“Kelak, kalau mereka sudah lulus menjadi dokter, merekalah yang akan terus merawat anak-anak yatim di Lombok Tengah,” kata Bupati Pathul.
Biaya pendidikan anak-anak yatim tersebut, akan berasal dari dana BAZNAS sebesar Rp 1,2 miliar tiap tahun. Sisanya, akan ditambah dari dana sadakah dari seluruh PNS di Lombok Tengah. Mereka menyisihkan penghasilan mereka Rp 5.000 tiap bulan untuk anak-anak yatim. Dari sumbangan Rp 5.000 tiap PNS tiap bulan, Pemkab Loteng mampu mengumpulkan Rp 100 juta, sehingga dalam setahun bisa mencapai Rp 1,2 juta.
Dana tersebut kemudian dikelola oleh yayasan yang dipimpin oleh Sekretaris Daerah secara exoficio, di mana Bupati juga menjadi pembina yayasan. Kalau Bupati berganti, Sekda berganti, maka otomatis, penggantinya yang akan melanjutkan kepengurusan yayasan tersebut. Dan para pengurus yayasan tidak menerima gaji, dan tidak boleh pula mengelola dana yang sudah dikumpulkan tersebut.
“Kami juga kini sudah menyiapkan tanah seluas 1, 4 hektare untuk membangun klinik. Namanya Klinik Peduli Yatim. Nanti, anak-anak yatim yang telah menuntaskan pendidikan kedoteran mereka, akan mengelola langsung klinik tersebut, yang seluruhnya untuk kepentingan anak-anak yatim,” katanya.
Sementara itu, Ketua Umum PBNW RTGB KH Lalu Gde M Zainuddin Atsani, mewakilkan kehadiran kepada Sekretaris Jenderal PBNW Prof Fahrurrozi Dahlan. Pada saat yang sama, Ketua Umum PBNW memang sedang menyiapkan kunjungan Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin, yang kemarin memang sudah berada di Mataram.
Dalam sambutannya, Prof Fahrurrozi menyebutkan, bahwa seminar nasional dan muktamar pemikiran yang digelar Panitia Hadi NTB tersebut sebagai momentum bersejarah.
“Ini kita sedang hadir untuk melaksanakan sebuah gerakan. Nahdlatul Wathan selalu hadir untuk membina umat dengan membedah tentang konsepsi pemikiran tentang peradaban bangsa,” kata Guru Besar UIN Mataram ini.
Dia menekankan, prinsip untuk mencapai peradaban itu harus jelas identitas kebangsaan yang kita miliki . Dan alhamdulillah, Nahdlatul Wathan telah memiliki hal tersebut.
Dalam kesempatan tersebut, Direktur Pascasrjana UIN Mataram ini menyampaikan bahwa Almagfurulah Maulanasyaikh, Pendiri Organisasi NW menyebutkan bahwa peradaban lahir karena empat faktor. Yang pertama adalah faktor manusia, karena manusia mampu melahirkan peradaban universal.
“NW sebagai oragnisasi terbesar di NTB menyiapkan SDM untuk melahirkan sebuah peradaban besar,” tandasnya.
Kedua, faktor pengetahuan. Sebab, karena keilmuanlah, orang bisa menembus batas cakrawala.
“Hari ini kita hadir untuk membedah pemikiran mahasantri-mahasantri Nahdlatul Wathan tetang konsep pemikiran dan demokratisasi bangsa,” ungkapnya.
Faktor ketiga, peradaban lahir karena faktor kesejahteraan ekonomi, sosial dan budaya. Sebab, sejahtera bagian dan peradaban itu sendiri. Sementara faktor keempat adalah identitas kebangsaan kita.
“Dan NW hadir untuk menjembatani empat faktor peradaban itu,” tandasnya.(RED)