“Saya sebagai Ketua Karang Taruna Pesona Kelurahan Na’e Kota Bima sangat bangga dengan event besar tahunan seperti ini. Festival Rimpu Mantika adalah simbol budaya dan identitas Bima yang sangat kuat,” ujar Syarifuddin.
Menurutnya, pawai rimpu bukan sekadar ajang pelestarian budaya, tetapi juga memiliki dampak sosial dan ekonomi yang signifikan bagi masyarakat.
“Kegiatan ini mampu menggerakkan ekonomi masyarakat, dari pedagang kaki lima hingga pelaku UMKM yang merasakan langsung manfaatnya. Selain itu, pawai ini menjadi ruang silaturahmi lintas usia yang memperkuat kebersamaan warga,” jelasnya.
Ia juga menekankan pentingnya nilai-nilai yang terkandung dalam busana rimpu, yang mencerminkan kesopanan dan kehormatan perempuan Bima.
“Rimpu mengajarkan kita tentang kesantunan, keanggunan, dan kebanggaan terhadap identitas daerah. Ini adalah warisan budaya yang harus terus kita rawat dan lestarikan,” tambahnya.
Pawai Rimpu Mantika sendiri merupakan tradisi berjalan kaki mengenakan rimpu—busana khas perempuan Bima yang sarat nilai filosofis dan budaya. Kegiatan ini telah menjadi magnet pariwisata dan kebanggaan dalam kalender budaya Kota Bima.
Menutup pernyataannya, Syarifuddin A. Rasul mengajak seluruh masyarakat Kota Bima untuk ikut berpartisipasi dalam Pawai Rimpu Mantika yang akan digelar besok, Sabtu, 26 April 2025, dengan start di Paruga Nae Kota Bima.
“Budaya adalah identitas. Melestarikan budaya berarti menjaga jati diri kita. Mari kita ramaikan dan sukseskan Pawai Rimpu besok. Tunjukkan bahwa kita cinta Bima dan budayanya,” pungkasnya.(RED)