Angggota DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan H Rachmat Hidayat saat menyosialisasi 4 pilar kebangsaan di pulau lombok. |
LOMBOK TIMUR, BB -Angggota DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan H Rachmat Hidayat kembali menyosialisasikan Empat Pilar Kebangsaan. Senin (24/10), sosialisasi dilakukan di Lombok Timur. Sosialiasi tersebut bagian dari upaya nyata untuk terus memberi pemahaman kepada publik tentang pentingnya Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika.
“Empat pilar ini sangat penting. Karena ini modal kita hidup, berbangsa, dan bernegara,” tandas Anggota Komisi VIII DPR RI tersebut, mengawali penyampaiannya dalam sosialisasi.
Selain dihadiri para Pengurus Cabang dan Anak Cabang PDI Perjuangan Lombok Timur, hadir pula dalam sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan ini perwakilan masyarakat dan kelompok masyarakat. Selain Rachmat, turut menjadi pembicara dalam sosialisasi ini, Dr Alfisahrin, yang merupakan Wakil Direktur III Politeknik Medica Farma Husada Mataram yang juga Dosen Fisipol dan Ilmu Komunikasi Universitas 45 Mataram.
Rachmat menegaskan, Pancasila adalah ideologi dan dasar negara. UUD 1945 adalah konstitusi negara. NKRI sebagai bentuk negara. Dan Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan negara.
Tokoh kharismatik Bumi Gora ini menekankan, Pancasila merupakan suatu ajaran yang sangat lengkap. Di dalamnya terkandung falsafah bagaimana masyarakat Indonesia beragama, berbangsa, dan bernegara.
“Bagaimana hubungan kita dengan Tuhan, hubungan kita dengan alam semesta, dan hubungan kita dengan sesama manusia. Sudah sangat lengkap. Ini api pergerakan jiwa kita sebagai manusia. Semua sudah teratur dan tertata dalam Pancasila,” imbuh politisi senior kelahiran Lombok Timur ini.
Rachmat juga menyampaikan, dalam posisinya sebagai Anggota DPR RI yang sekaligus Anggota MPR RI, dirinya mengambil inisiatif untuk terus menggencarkan sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan kepada masyarakat di Pulau Lombok. Rachmat menuturkan, tak ada negara lain di muka bumi yang memiliki dasar negara layaknya Pancasila seperti yang dimiliki Indonesia. Itu sebabnya, banyak negara kini melirik dan belajar tentang pentingnya fasafah negara ke Indonesia.
“Karena itu, Empat Pilar Kebangsaan perlu terus kita sosialisasikan. Apalagi, bangsa ini akan terus melahirkan generasi muda, yang kepada mereka perlu terus ditanamkan konsep berbangsa dan bernegara,” tandas Ketua DPD PDI Perjuangan NTB ini.
Empat Pilar Kebangsaan menjadi panutan bagaimana berbangsa yang penuh toleransi, menghargai perbedaan, welas asih, gotong royong, dan masyarakatnya selalu patuh pada hukum.
Sementara itu, Ketua DPC PDI Perjuangan Lombok Timur Ahmad Sukro dalam sambutan pengantarnya di awal sosialisasi menekankan tentang pentingnya Empat Pilar Kebangsaan tetap dipertahankan karena merupakan fondasi kebangsaan.
“Pancasila perlu kita bumikan. Dan sangat penting bagi kita memahami bagaimana cara kita membumikan Pancasila. Terutama di NTB,” kata Sukro.
Dia menyampaikan, sebagai Anggota DPR RI, Rachmat Hidayat diberikan mandate untuk terus menyosialisasikan Empat Pilar Kebangsaan kepada masyarakat. Karena itu, kepada seluruh hadirin yang hadir, Sukro mengajak mereka untuk menghayati dan memahami sepenuhnya apa yang disampaikan narasumber dalam sosialisasi tersebut untuk kemudian disampaikan kepada seluruh masyarakat sesuai ladang pengabdian masing-masing.
*Tantangan Faktual Kebangsaan*
Sementara itu, Alfisahrin mengawali penyampaiannya dengan menjelaskan bagaimana kompleksitas dan tantangan faktual kebangsaan saat ini. Di mana, terdapat realitas objektif di tengah masyarakat tentang masih lemahnya penghayatan, kesadaran, dan pengamalan nilai-nilai agama yang moderat (inklusif) dan relevan dengan situasi historis, sosial dan kultural bangsa Indonesia.
Selain itu, pemahaman keagamaan yang radikal dan keliru juga meluas, sehingga mengancam solidaritas kebangsaan, toleransi antar umat beragama dan keutuhan nasional. Termasuk menguatnya politik identitas, seperti timbulnya fanantisme kedaerahan yang primordial yang lebih kuat dan kesenjangan sosial ekonomi yang semakin tajam antara pusat dan daerah.
“Kita juga masih menemukan kurang berkembangnya pemahaman, kesadaran, dan penghargaan atas nilai-nilai kebhinekaan dan kemajemukan sebagai simbol entitas negara,” katanya.
Menurut Alfisahrin, minimnya role model dan keteladanan dalam sikap, perilaku, dan tindakan yang terpuji dari sebagian elite sebagai pemimpin dan tokoh bangsa, juga adalah tantangan factual saat ini. Begitu juga dengan belum efektif dan tidak berjalannya proses low enforcement yang optimal dalam memberikan rasa adil, kemanfaatan, dan kepastian hukum di tengah masyarakat.
Di sisi lain, pengaruh globalisasi yang luas menyebabkan relasi antar bangsa berlangsung dalam persaingan yang ketat dan tajam. Derasnya arus infiltrasi budaya dan paham-paham global seperti liberalisme, sekularisme, dan ateisme melalui aneka platform teknologi, kata Alfisahrin, akan menjadi anacaman serius.
Dari berbagai tantangan tersebut, Alfisahrin menegaskan, Empat Pilar Kebangsaan hadir sebagai moral force. Dalam hal ini, Pancasila hadir sebagai filosofi yang menjadi basis fundamental. Sebab, Pancasila bersumber dari pemikiran yang mendalam dan kontemplatif dari para pendiri bangsa yang disesuaikan dengan jati diri, kearifan dan konteks sosio-historis bangsa Indonesia.
“Pancasila sebagai kekuatan pemersatu bangsa. Unity of force. Pandangan hidup. Way of life, dan pedoman kehidupan berbangsa,” tandasnya.
Selain itu, Pancasila sebagai ideologi negara dapat dimaknai sebagai sistem kehidupan nasional yang meliputi aspek etika, moral, politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan.
“Semuanya dalam rangka pencapaian cita cita dan tujuan bangsa,” imbuhnya.
Setelah sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan di Lombok Timur, rencananya, hari ini, Selasa, 25 Oktober 2022, Rachmat Hidayat akan melanjutkan sosialisasi di Lombok Barat. Sosialisasi akan digelar di Aula Desa Kumbung, Kecamatan Lingsar. Sosialisasi dijadwalkan dihadiri 200 warga.(RED)